Keraton Kacirebonan adalah salah satu keraton penting yang berada di Kota Cirebon, Jawa Barat. Keraton ini tidak hanya berfungsi sebagai pusat kekuasaan pada masanya, tetapi juga menjadi simbol kebudayaan, perlawanan, dan identitas masyarakat Cirebon. Dibangun pada tahun 1800 oleh Ratu Raja Resminingpuri, keraton ini berdiri dengan dana pensiun yang beliau miliki. Pembangunannya dimulai dengan mendirikan bangunan induk, paseban, serta tajug, yang masing-masing memiliki fungsi tertentu. Hingga kini, Keraton Kacirebonan masih berdiri megah, menyimpan berbagai peninggalan sejarah yang menjadi saksi perjalanan panjang Kesultanan Cirebon.

Awal Berdirinya Keraton Kacirebonan

Keraton Kacirebonan muncul sebagai pecahan dari Keraton Kanoman, salah satu dari empat keraton besar di Cirebon selain Keraton Kasepuhan, Kanoman, dan Kaprabonan. Pecahnya kekuasaan ini berawal dari konflik internal yang dipengaruhi oleh campur tangan kolonial Belanda pada abad ke-17.

Pada masa Sultan Kanoman ke IV, Pangeran Haerudhin (1670-an), Belanda mulai mencampuri urusan kesultanan. Putra Mahkota, Pangeran Muhammad Haerudhin, menentang keras intervensi ini dan memimpin perlawanan rakyat Cirebon terhadap kolonialisme. Perlawanan berlangsung selama lima tahun dan sempat mendapat dukungan luas dari masyarakat. Namun pada tahun 1696, Pangeran Muhammad Haerudhin berhasil ditangkap lalu diasingkan ke Ambon, Maluku.

Melihat Sultan Haerudhin yang sudah tua, Belanda kemudian secara sepihak mengangkat Pangeran Imamudin sebagai Sultan Kanoman ke V. Sejak saat itu, terjadilah perpecahan internal yang pada akhirnya melahirkan Keraton Kacirebonan. Meski awalnya dilatarbelakangi konflik politik, keberadaan Keraton Kacirebonan tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah panjang Kesultanan Cirebon.


Arsitektur Keraton Kacirebonan

Bangunan Keraton Kacirebonan memiliki ciri khas arsitektur tradisional Jawa dengan sentuhan budaya Islam dan akulturasi Tionghoa. Tiga bangunan utama yang pertama kali berdiri adalah Bangunan Induk, Paseban, dan Tajug.

1. Bangunan Induk

Bangunan induk berfungsi sebagai tempat tinggal Sultan beserta keluarga. Di dalamnya terdapat beberapa ruangan dengan fungsi berbeda:

  • Ruang tidur untuk Sultan dan keluarga.
  • Ruang kerja Sultan yang digunakan untuk menjalankan aktivitas pemerintahan.
  • Pecira, yaitu ruang penyimpanan benda-benda kuno istana.
  • Kamar Jimat, tempat menyimpan benda-benda pusaka keraton.
  • Prabayasa, ruangan besar yang berada di sayap bangunan dan sering digunakan untuk kegiatan resmi.
  • Dapur, yang melayani kebutuhan sehari-hari penghuni istana.
  • Teras, difungsikan sebagai ruang tunggu bagi prajurit rendahan sebelum menghadap Sultan.

Bangunan induk ini menjadi pusat aktivitas keluarga Sultan sekaligus tempat pengambilan keputusan penting bagi keraton.

2. Paseban

Paseban terdiri dari dua bagian, yaitu Paseban Kulon (barat) dan Paseban Wetan (timur). Bentuknya berupa bangunan persegi panjang dengan 8 tiang penyangga serta 4 saka guru (tiang utama). Paseban bersifat semi terbuka dengan dinding barat dan timur berupa pagar tembok rendah, sementara atapnya berbentuk joglo dengan genteng sebagai penutup.

Fungsi utama Paseban adalah sebagai tempat penerimaan tamu. Selain itu, Paseban juga digunakan sebagai tempat latihan tari topeng Cirebon, salah satu kesenian khas daerah yang masih lestari hingga kini.

3. Tajug

Tajug merupakan musholla keraton yang digunakan untuk beribadah. Bangunan ini menegaskan kuatnya nilai religius Islam yang dianut oleh para Sultan Cirebon. Tajug juga sering dipakai untuk kegiatan keagamaan bersama masyarakat sekitar, sehingga memperlihatkan kedekatan antara keraton dengan rakyat.


Koleksi Peninggalan Sejarah

Keraton Kacirebonan menyimpan banyak benda peninggalan bersejarah yang bernilai tinggi, baik dari sisi budaya, politik, maupun seni. Beberapa koleksi yang bisa ditemukan di dalamnya antara lain:

  • Keris Wayang, salah satu pusaka bersejarah.
  • Perabotan kayu berupa meja dan kursi kuno yang masih asli hingga kini.
  • Foto-foto Kesultanan Cirebon dari masa lampau hingga masa modern.
  • Keris, pedang, buku kuno, guci pemberian negara sahabat, uang bolong (uang kuno), hingga perlengkapan perang.
  • Gamelan tradisional yang digunakan dalam upacara adat dan pertunjukan seni.
  • Busana pengantin tradisional keraton, yang melambangkan identitas budaya Cirebon.

Peninggalan-peninggalan tersebut disimpan dengan rapi di dalam pendopo dan etalase khusus. Koleksi ini sekaligus menjadi daya tarik utama bagi para pengunjung yang ingin mengetahui lebih dalam sejarah Cirebon.


Keraton Kacirebonan Sebagai Pusat Budaya

Selain menyimpan peninggalan sejarah, Keraton Kacirebonan juga berfungsi sebagai pusat kebudayaan. Di sini, berbagai kegiatan adat dan seni masih dilestarikan, di antaranya:

  • Tari Topeng Cirebon, yang tidak hanya ditampilkan pada acara keraton, tetapi juga menjadi bagian dari kebanggaan masyarakat Cirebon.
  • Tradisi Muludan atau Maulid Nabi Muhammad SAW, yang diperingati secara meriah setiap tahun dengan arak-arakan panjang dan pembacaan shalawat.
  • Upacara adat keraton, yang biasanya dihadiri oleh masyarakat luas sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi leluhur.

Keraton Kacirebonan tidak hanya berfungsi sebagai simbol masa lalu, tetapi juga sebagai pusat pembelajaran budaya yang hidup hingga sekarang.


Nilai Sejarah dan Identitas Lokal

Keraton Kacirebonan memiliki nilai sejarah yang sangat besar. Ia menjadi saksi nyata bagaimana politik kolonial Belanda berhasil memecah belah kerajaan-kerajaan lokal di Nusantara. Meski demikian, semangat perlawanan Pangeran Muhammad Haerudhin tetap dikenang sebagai simbol keberanian rakyat Cirebon.

Di sisi lain, keraton ini juga merefleksikan identitas masyarakat Cirebon yang kaya akan akulturasi budaya. Cirebon dikenal sebagai daerah yang menjadi titik temu budaya Jawa, Sunda, Islam, dan Tionghoa. Hal ini tercermin jelas dalam arsitektur, kesenian, maupun tradisi yang dijalankan di Keraton Kacirebonan.


Keraton Kacirebonan dalam Konteks Modern

Kini, Keraton Kacirebonan menjadi salah satu destinasi wisata sejarah dan budaya di Kota Cirebon. Banyak wisatawan domestik maupun mancanegara datang untuk melihat langsung jejak kejayaan masa lalu. Selain itu, keberadaan keraton juga memberi kontribusi dalam bidang pendidikan sejarah, terutama bagi generasi muda yang ingin mengenal warisan bangsanya.

Pihak keraton juga aktif berkolaborasi dengan pemerintah daerah dan lembaga kebudayaan untuk menjaga kelestarian bangunan maupun koleksinya. Renovasi dan perawatan dilakukan agar keraton tetap kokoh menghadapi tantangan zaman. Dengan demikian, Keraton Kacirebonan tidak hanya menjadi monumen sejarah, tetapi juga aset budaya yang hidup dan terus berkembang.


Penutup

Keraton Kacirebonan adalah salah satu warisan sejarah yang tidak ternilai bagi bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Cirebon. Dibangun pada tahun 1800 oleh Ratu Raja Resminingpuri, keraton ini berdiri di atas sejarah panjang perlawanan, perpecahan, dan kelestarian budaya. Arsitekturnya yang khas, koleksi peninggalan yang kaya, serta peranannya sebagai pusat budaya menjadikannya destinasi penting bagi siapa saja yang ingin memahami sejarah Cirebon.

Lebih dari sekadar bangunan, Keraton Kacirebonan adalah simbol perjuangan, identitas, dan warisan budaya yang harus dijaga. Di era modern, ia menjadi jembatan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan, sekaligus pengingat akan pentingnya melestarikan nilai-nilai luhur bangsa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Quote of the week

"People ask me what I do in the winter when there's no baseball. I'll tell you what I do. I stare out the window and wait for spring."

~ Rogers Hornsby

Designed with WordPress